PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP DALAM MANAJEMEN SDM
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Terdapat 4 fungsi manajemen dalam manajemen Sumber Daya Manusia
menurut Henry Fayol dan GR Terry, yaitu :
1.
Fungsi
Perencanaan (planning)
Planning adalah bagaimana
perusahaan menetapkan tujuan yang diinginkan dan kemudian menyusun rencana
strategi bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Manajer dalam fungsi perencanaan
harus mengkaji dan mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum memutuskan
karena ini adalah langkah awal yang bisa berpengaruh secara total dalam
perusahaan kedepannya.
Fungsi fungsi manajemen yang lain
tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan yang matang.
2.
Fungsi
Pengorganisasian (organizing)
Organizing (fungsi perencanaan) adalah pengaturan sumber daya manusia dan
sumber daya fisik yang dimiliki agar bisa menjalankan rencana-rencana yang
sudah diputuskan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Fungsi pengorganisasian
mengelompokkan semua orang, alat, tugas dan wewenang yang ada dijadikan satu
kesatuan yang kemudian digerakkan melaksanakan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Pengorganisasian bisa memudahkan
manajer untuk mengawasi dan menentukan orang-orang yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas yang telah dibagi-bagi.
3.
Fungsi Pengarahan (directing)
Directing
alias fungsi pengarahan adalah upaya untuk menciptakan suasana kerja dinamis,
sehat agar kinerjanya lebih efektif dan efisien.
Beberapa
kegiatan pada fungsi pengarahan :
1)
Membimbing dan memberi motivasi kepada pekerja
supaya bisa bekerja secara efektif dan efisien.
2)
Memberi tugas serta penjelasan secara rutin
tentang pekerjaan.
3)
Menjelaskan semua kebijakan yang sudah
ditetapkan
4.
Fungsi
Pengendalian/ Pengawasan (controlling)
Fungsi
terakhir dari 4 fungsi manajemen adalah fungsi pengendalian, fungsi
pengendalian adalah upaya untuk menilai suatu kinerja yang berpatokan kepada
standar yang telah dibuat, juga melakukan perbaikan apabila memang dibutuhkan.
Kegiatan pada
fungsi pengendalian misalnya :
1)
Mengevaluasi keberhasilan dan target dengan
cara mengikuti standar indikator yang sudah ditetapkan.
2)
Melakukan klarifikasi dan koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan.
3)
Memberi alternatif solusi yang mungkin bisa
mengatasi masalah yang terjadi.
Controlling
akan berjalan efektif dengan memperhatikan hal hal berikut :
1)
Routing (jalur), manajer menetapkan cara
atau jalur supaya bisa dengan mudah mengetahui letak dimana suatu kesalahan
sering terjadi.
2)
Scheduling (penetapan waktu), Manajer
menetapkan kapan semestinya pengawasan harus dijalankan. Kadang-kadang,
pengawasan yang terjadwal mungkin tidak efisien dalam menemukan suatu
kesalahan, dan sebaliknya, sesuatu yang dijalankan secara mendadak malah lebih
berguna.
3)
Dispatching (perintah pelaksanaan), adalah pengawasan
yang berupa suatu perintah pelaksanaan pada pekerjaan. Tujuannya supaya suatu
pekerjaan bisa selesai tepat waktu. Perintah bisa membuat sebuah pekerjaan bisa
terhindar dari kondisi yang terkatung katung, dan pada ujungnya apabila terjadi
kesalahan, bisa dengan mudah diidentifikasi siapa yang melakukan kesalahan.
4)
Follow Up (tindak lanjut), Manajer
mencarikan solusi apabila terdapat kesalahan yang ditemukan. Tindak lanjut bisa
dengan memberikan peringatan terhadap pihak yang sengaja atau tidak sengaja
melakukan kesalahan dan memberikan petunjuk supaya kesalahan yang sama tidak
akan terulang kembali
Bentuk
pengawasan yang baik adalah pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan dan sifat atau
karakter dari perusahaan. Sebuah pengawasan yang baik dilakukan dengan tidak
menelan banyak biaya dan bisa menjamin adanya kegiatan perbaikan. Untuk itu,
perusahaan perlu menyiapkan langkah tata pola dan rencana perusahaan sebelum
pengawasan dilaksanakan.
PENGERTIAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM
juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. Pada hakikatnya,
SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak,
pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya
mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris
disebut HRD atau human resource department.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu
prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
FUNGSI-FUNGSI OPERASIONAL SDM
Fungsi operasional dalam Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
basic (dasar) pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian
tujuan organisasi/perusahaan. Fungsi operasional tersebut terbagi 5 ( lima ),
secara singkat sebagai berikut :
1.
Fungsi Pengadaan : Adalah proses penarikan
,seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai kebutuhan perusahaan.
2.
Fungsi Pengembangan : Adalah proses
peningkatan ketrampilan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
3.
Fungsi Kompensasi : Adalah pemberian balas
jasa langsung dan tidak lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip
kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan
tersebut.
4.
Fungsi Pengintegrasian : Adalah kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta
kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah
hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena 2 mempersatukan dua
aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
5.
Fungsi Pemeliharaan : Adalah kegiatan untuk
memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar
tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
VARIABEL-VARIABEL
LAIN YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN ORGANISASI
Dari uraian di atas dapat diketahui selain
keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan organisasi juga di pengaruhi oleh
karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan, karakteristik individu,
sikap dan perilaku karyawan, secara langsung maupun tidak langsung.
1.
Karakteristik
Individu
Karakter individu terdiri atas jenis kelamin,
tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status perkawinan,, jumlah tanggungan,
dan posisi, peneliti peneliti dalam bidang manajemen SDM dan perilaku
organisasi banyak melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik
individu dengan sikap dan perilaku karyawan (panggabean,2001;2002).
2.
Karakteristik
Organisasi
Karakteristik organisasi meliputi kompleksitas
, formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas mencerminkan jumlah unit yang ada
dalam organisasi formalisasi merujuk kepada banyaknya pelaksanaan tugas yang
bersandarkan kepada peraturan , sedangkan sentralisasi di definisikan
sebagai siapa yang dapat mengambil keputusan (pemimpin atau pelaksana)
sentralisasi ada jika keputusan di tangan pemimpin, sebaliknya akan di katakana
ada desentralisasi jika jawaban tentang apa, bagaimana, kapan, dan dengan siapa
pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan oleh pelaksana semakin banyak pertanyaan
itu dapat di jawab sendiri oleh pelaksana maka semakin dapat dikatakan ada
desentralisasi, bagaiman pengaruh karakteristik organisasi terhadap sikap dan
perilaku karyawan banyak di lakukan oleh para peneliti di bidang teori
organisasi dan perilaku organisasi (Melcher 1976)
3.
Karakteristik
Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan terdiri atas
keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian tugas,otonomi dan umpan
balik berbagai penelitian dalam bidang manajemen SDM dan perilaku
organisasi banyak meneliti hubungan antara karakteristik tugas dan
perilaku. Berikut dibahas pengertian dari masing masing konsep :
1)
Keanekaragaman Tugas
Merujuk kepada adanya kemungkinan bagi
karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan bahkan peralatan yang
berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang sebagai pekerjaan
yang menantang.
2)
Identitas Tugas
Memungkinkan
karyawan mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi
cenderung menciptakan tugas yang rutin dan mengakibatkan seseorang hanya
mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini menimbulkan
adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu dengan memperluas
tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan
berarti meningkatkan identitas tugas.
3)
Keberartian Tugas
Merujuk
kepada besarnya pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap
pekerjaan orang lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan
melakukan pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk
itu adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa
pekerjaannya sangat berarti bagi perusahaan.
4)
Otonomi
Merujuk
kepada adanya ide bahwa karyawan dapat mengendalikan sendiri tugas
tugasnya hal ini penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum
di pakai adalah melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini
karyawan memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun
kerjanya.
5)
Umpan balik
Merujuk
kepada informasi yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia
melaksanakan tugasnya . penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan
dengan sikap dan perilaku organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang
MSDM dan perilaku organisasi
SIKAP KERJA
Didalam kamus bahasa Indonesia
menjelaskan sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs.Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs.
Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu
kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan
bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut telah memberikan
fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh karyawannya, maka
kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar, maka timbul dorongan
yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang
diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik mungkin dan tetap
loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan imbalan yang sesuai
kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan
tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa
cara :
1.
Gaji yang cukup,
2.
Memberikan kebutuhan rohani,
3.
Sesekali perlu menciptakan suasana santai,
4.
Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat,
5.
Memberikan kesempatan pada karyawan untuk
maju,
6.
Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa
depan,
7.
Mengusahakan karyawan untuk mempunyai
loyalitas,
8.
Sesekali mengajak karyawan berunding, dan
9.
Memberikan fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito,
1991:167).
Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap
kerja itu dikarenakan banyak sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak
sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin,
lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan
tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya
loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya turunnya
loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan para
karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material
yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima, fasilitas
minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi –
indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan antara lain :
1.
Turun/ rendahnya produktivitas kerja
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur
atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun
ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja.
2.
Tingkat absensi yang naik
Pada
umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas
untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka
perlu segera dilakukan penelitian.
3.
Tingkat perpindahan buruh yang tinggi
Keluar
masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak
senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari
pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi
selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi
kelangsungan jalannya perusahaan.
4.
Kegelisahan dimana – mana
Loyalitas
dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai
seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud
dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang
lain.
5.
Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan
yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap
tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6.
Pemogokan
Tingkat
indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan
adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa
tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan
bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan
melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini :
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini :
1) Angkatan
kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi
pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah
mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka
menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi,
pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier
kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun.
Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA RASA, dalam perusahaan ini ada
beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja
cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan
yang masih muda.
2) Tenaga kerja
yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir
dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang
menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang
tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama.
Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama,
bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada
hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang
pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman
yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya
membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara
mantap.
3) Tenaga kerja
dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri
sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih
terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu
organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke
profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin
lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup
sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari – hari.
4) Bagi mereka
yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan
mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai
dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali
terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya
mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang
tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam
dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin
meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
PERILAKU KARYAWAN
Perilaku adalah tingkah laku yang terdiri atas
tingkah laku yang tidak dapat dari luar, misalnya keinginan untuk pindah (intent
to leave) dan ada yang dengan jelas dilihat dari luar, misalnya perputaran
tenaga kerja dan ketidakhadiran.
Dari teori dapat diketahui bahwa ketidakpuasan
atau kepuasan yang rendah akan meningkatkan perputaran tenaga kerja dan
ketidakhadiran. Konsep-konsep ini paling sering digunakan untuk memahami
semangat kerja karyawan (Talacchi, 1960). Berikut diuraikan cara pengukurannya.
1.
Perputaran Tenaga
Kerja
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
perputaran tenaga kerja sudah pernah dbahas dalam bab sebelumnya dimana datanya
dapat diperoleh dari bagian personalia, namun karena untuk memperoleh data dari
masing-masing karyawan yang dijadikan responden dalam penelitian pada umumnya
sukar untuk diperoleh, maka untuk itu digunakan konsep perilaku yang tidak
langsung dapat dilihat yaitu keinginan untuk pindah (intent to leave).
2.
Keinginan untuk
Pindah
Keinginan untuk pindah dapat diukur dengan
mengembangkan pertanyaan yang dikemukakan oleh Hom and Griffeth, 1991; 1995;
Motowildo, 1983, yaitu sebagai berikut :
1) I have been
thingking about quitting the present job.
2) I have been
evaluating the cost of quitting my job.
3) I intent to
quit.
4) I will quit
my job uin the next six months.
3.
Ketidakhadiran
Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa
ketidakhadiran adalah kegagalan untuk hadir ditempat kerja pada hari kerja.
Faktor-faktor penyebab perilaku ini banyak diteliti karena dapat mempengaruhi
prestasi kerja.
4.
Hubungan
Ketidakhadiran dengan Kepuasan Kerja
Penelitian tentang hubungan ketidakpuasan
dengan ketidakhadiran adalah rumit. Pandangan tradisional mengemukakan bahwa
ketidakhadiran disebabkan oleh ketidakpuasan (Porter and Steers, 1973), namun
kemudian para peneliti mengemukakan bahwa ketidakhadiran yang menyebabkan
ketidakpuasan kerja (Goodman and Atkin, 1984; Rhodes and Steers, 1990).
Sehingga akhirnya ada pula yang mengemukakan bahwa hubungannya timbal balik
(Clegg, 1983) dimana ia berpendapat bahwa dengan menggunakan beberapa pengujian
yang berkelanjutan (few longitudinal test) ditemukan bahwa
ketidakhadiran lebih sering mempengaruhi ketidakpuasan dan tidak sebaliknya.
5.
Hubungan
Ketidakhadiran dengan Prestasi Kerja
Selain dengan kepuasan kerja, ketidakhadiran
juga mempunyai hubungan yang negatif dengan prestasi kerja. Bycio (1992) mengemukakan bahwa
ketidakhadiran dapat mengakibatkan rendahnya kinerja.
6.
Hubungan
Ketidakhadiran dengan Gaya Kepemimpinan
John dan Nicholson (1982) mengemukakan bahwa
ketidakhadiran dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan terhadap ketidakhadiran
itu. Para pemimpin akan memberikan sanksi pada karyawan yang jarang masuk dan
akan mengurangi pemberian penghargaan kepada mereka.
7.
Pengaruh
Karakteristik Individu dan Kerumitan Pekerjaan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja
dengan Ketidakhadiran, Prestasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan
Hubungan antara kepuasan kerja dengan
ketidakhadiran pada umumnya dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu,
misalnya usia dan masa kerja (Nicholson, 1977), kerumitan pekerjaan (House dan
Mitchell, 1974), dan gaya kepemimpinan (Clegg, 1983). Gaya kepemimpinan yang
mendukung (supportive leadership) dapat menurunkan ketidakhadiran bagi
pekerjaan yang sederhana dibandingkan dengan yang rumit.
8.
Alat ukur yang
Digunakan
Terlepas dari apakah sebagai penyebab atau
sebagai akibat, ketidakhadiran, sebagaimana halnya dengan keinginan untuk
pindah, konsep ini juga perlu diukur dengan sejumlah pertanyaan jika data
ketidakhadiran dari masing-masing responden sulit untuk diperoleh.
Hammer dan
Landau, 1982; Harisson dan Hulin, 1989 mengukur ketidakhadiran dengan
menggunakan tiga macam data, yaitu :
1.
Waktu yang hilang (jumlah jam ketidakhadiran
yang tidak dicatat),
2.
Frekuensi (jumlah waktu ketidakhadiran yang
tidak tercatat), dan
3.
Ketidakhadiran yang tercatat (jumlah
ketidakhadiran), data yang dipakai adalah data selama 12 bulan.
REFERENSI
www.organisasi.org
Berdasarkan definisi diatas, sebenarnya dapat kita tarik kesimpulan mengenai ruang lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia menjadi suatu proses sistematik untuk membawa perubahan yang diinginkan dalam perilaku karyawan dengan melibatkan hal-hal berikut yaitu perencanaan Sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Organisasi atau Perusahaan, menganalisis Jabatan dan Pekerjaan, yaitu menganalisa dan menjelaskan secara rinci tentang masing-masing pekerjaan atau jabatan dalam perusahaan atau organisasi, perekrutan dan Penyeleksian Karyawan atau Sumber daya manusia yang dibutuhkan tersebut sesuai dengan syarat, sistem, tata cara, prosedur dan proses yang ditentukan agar memenuhi kebutuhan organisasi baik pada masa sekarang maupun untuk masa akan datang, memperkenalkan Latar Belakang Perusahaan, Budaya Organisasi Perusahaan, Nilai-nilai Perusahaan dan Etika Kerja kepada karyawan yang telah lulus seleksi serta memperkenalkannya kepada karyawan-karyawan lainnya, pelatihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia dalam organisasi, penilaian prestasi dan kinerja karyawan untuk Melakukan Promosi, Demosi, Transfer dan Pemberhentian (PHK) terhadap Karyawan, perencanaan dan Pemberian Kompensasi atau upah, memotivasi Karyawan, Memperhatikan Kesejahteraan, Kesehatan dan Keselamatan Karyawan, menjaga Hubungan dan melakukan komunikasi dengan Serikat Pekerja.
BalasHapus